Gambar : Tatanan Stratigrafi Pegunungan Selatan dari beberapa penulis.
Kemudian terjadi pengangkatan yang menyebabkan
erosi pada kisaran umur Oligosen Awal – Tengah. Kemudian terjadi sedimentasi
pada umur Oligosen Akhir – Miosen Awal, yaitu Formasi Kebo-Butak. Litologi
penyusun Formasi ini di bagian bawah berupa batupasir berlapis baik, batulanau,
batulempung, serpih, tuf dan aglomerat. Bagian atasnya berupa perselingan
batupasir dan batulempung dengan sisipan tipis tuf asam. Setempat di bagian
tengahnya dijumpai retas lempeng andesit-basal dan di bagian atasnya dijumpai breksi
andesit. Lingkungan pengendapannya adalah laut terbuka
yang dipengaruhi oleh arus turbid, pada akhir pembantukan Formasi ini
dipengaruhi oleh adanya aktivitas gunungapi.
Pada Kala Miosen Awal (N6 – N7) terjadi peningkatan aktivitas gunungapi yang
ditandai dengan adanya piroklastik yang cukup luas. Endapan piroklastik
menyusun satuan tuf Semilir. Satuan ini terendapakan dengan mekanisme endapan
jatuhan piroklastik. Endapan hasil erupsi gunungapi tersebut terendapkan pada
lingkungan laut dangkal. Aktivitas gunungapi memuncak pada Kala Miosen Awal (N7).
Pada kala ini terjadi letusan besar yang bersifat destruktif, membentuk sistem
kaldera. Letusan tersebut bersifat eksplosif dan menghasilkan material gunungapi
berupa pumis yang membentuk satuan breksi pumis Semilir. Satuan breksi pumis
Semilir ini terendapkan dengan mekanisme jatuhan piroklastik. Pada fase ini
pula terbentuk kaldera pada bagian puncak gunungapi dan merusak sebagian besar
dari tubuh gunungapi. Kemudian diikuti oleh fase konstruktif dengan adanya
aliran lava yang menyusun bagian bawah dari satuan breksi andesit Nglanggran. Selain menghasilkan material
gunungapi melalui mekanisme jatuhan piroklastik, gunungapi tersebut juga
menghasilkan material melalui mekanisme aliran lava dan aliran piroklastik yang
menempati lembah-lembah berupa endapan channel. Pada Kala Miosen Awal bagian atas hingga Miosen Tengah bagian
bawah (N7 – N9) tersebut juga
terendapkan breksi andesit epiklastik yang menyusun satuan breksi andesit
Nglanggran. Bagian bawahnya tersusun oleh breksi basal piroklastik. Satuan ini
terendapkan pada lingkungan darat dengan mekanisme high density
flows. Pada fase ini, kegiatan gunungapi sudah mulai menurun.
Kemudian pada Kala Miosen Tengah, terendapkan
satuan batupasir karbonatan Sambipitu yang didominasi oleh batupasir karbonatan
yang bergradasi secara normal menjadi batulempung karbonatan. Material ini
terendapkan pada lingkungan laut dangkal dengan mekanisme pengendapan arus
turbid.
Pada kala Miosen Tengah (N9-N10)
cekungan mengalami pengangkatan kepermukaan, sehingga mengalami erosi dan
terendapkan secara tidak selaras satuan batugamping klastik. Dijumpainya
batugamping yang korelasi hasil analisis foraminifera kecil, batugamping ini masuk
dalam satuan batugamping Oyo. Hal ini menandai bahwa cekungan sedimen pada
waktu itu semakin tenang yang menendakan aktifitas vulkanisme menurun. Dalam
hal ini tentunya akan berkembang dengan baik secara normal yang
berkarakteristik klastik
Pada saat pengendapan terus berlangsung dan
vulkanisme menurun, tetapi secara setempat dijumpainya tuf yang mempunyai
hubungan melensa dengan satuan batugamping Oyo. Kedapatan tuf pada satuan
batugamping Oyo bisa terjadi karena pada saat kegiatan vulkanisme menurun
berarti kegiatan vulkanisme masih berjalan. Secara genesa tuf sangat
dipengaruhi oleh arah angin dan gravitasi dan itu membentuk satuan tuf Oyo.
Pada Kala Resen, sebagian material pada tinggian
Zona Baturagung mengalami pelapukan, erosi dan penggerusan oleh aktivitas
fluvial. Material hasil rombakan ini kemudian terendapkan di sebelah utara
tinggian tersebut dan membentuk satuan endapan lempung-bongkal.
Formasi wonosari tebentuk berikutnya dengan umur Miosen
Tengah hingga Pliosen. Lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal (zona
neritik) yang mendangkal ke arah selatan dengan litologi didominasi oleh batuan karbonat yang terdiri dari batugamping
berlapis dan batugamping terumbu. Pada bagian bawah adanya hubungan
menjari dengan Formasi Oyo yang berarti pembentukannya seumur dengan Formasi
oyo bagian atas.
Akhir pembentukan Formasi Wonosari bersamaan
dengan terbentuknya Formasi Kepek, batuan penyusunnya adalah napal
dan batugamping berlapis. umur Formasi Kepek adalah Miosen
Akhir hingga Pliosen.Lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal (zona
neritik). Endapan permukaan ini sebagai hasil dari rombakan batuan yang lebih
tua yang terbentuk pada Kala Plistosen hingga masa kini. Terdiri dari bahan
lepas sampai padu lemah, berbutir lempung hingga kerakal.
Formasi Besole secara umum tersusun oleh satuan
batuan volkanik (intrusi), lava dan volkanoklastik (breksi, sisipan batupasir
tufan). Urutan Formasi Besole: bagian bawah terdiri dari breksi volkanik
(pyroclastic), batupasir tufan (greywacke), sisipan crystal tuf, dan dibeberapa
tempat dijumpai intrusi (korok dasit). Bagian tengah tersusun oleh lava
dasitik, tuf dasitik, breksi volkanik, batupasir volkanik, dan sisipan lava
basaltik dengann kekar-kekar kolom, dibe-berapa tempat dijumpai intrusi korok
berkomposisi basaltis, dan dasitik. Bagian atas didominasi oleh batuan
volkanoklastik (perulangan konglomerat, batupasir tufan, tuf, dengan sisipan
breksi dan batulempung). Didapat intrusi berupa volcanic neck berkomposisi andesitik. Juga dijumpai sisipan tipis batulempung
gampingan yang mengandung foraminifera planktonik serta bongkah batu-gamping .
Formasi ini berumur Miosen Bawah. Fiendapakan pada lingkungan laut dangkal
Kemudian Diendapkan Formasi Jaten pada lingkungan
transisi – neritik tepi pada Kala Miosen Tengah (N9 – N10) tersusun oleh
konglomerat, batupasir kuarsa, batulempung. Selaras diatas Formasi Jaten diendapkan Formasi
Wuni Berdasarkan fauna koral satuan ini berumur Miosen Bawah (Te.5 –Tf.1),
berdasarkan hadirnya Globorotalia siakensis, Globigerinoides
trilobus & Globigerina praebuloides berumur Miosen Tengah (N9-N12)
(Tim Lemigas).
Formasi Nampol dengan susunan batuan sebagai
berikut: bagian bawah terdiri dari konglomerat, batupasir tufan, dan bagian
atas: terdiri dari perselingan batulanau, batupasir tufan, dan sisipan serpih
karbonan dan lapisan lignit. Diendapkan pada Kala Miosen Awal (Sartono,1964)
atau Nahrowi (1979), Pringgoprawiro (1985), Samodaria & Gafoer (1990)
menghitungnya berumuri Miosen Awal – Miosen Tengah. Ketiga Formasi (Jaten,
Wuni, Nampol) berhu-bungan jari-jemari dengan bagian bawah Formasi Punung.
Pada miosen tengah terjadi pengangkatan yang
menyebabkan terjadi erosi. Sehingga Formasi Punung menumpang tidak selaras di
atas forrmasi Jaten, Wuni, Nampol. Formasi ini diendapkan pada Miosen Tengah –
Atas yang terendapkan pada lingkungan neritik tepi. Endapan yang paling muda adalah
endapan terarosa dan endapan sungai yang secara tidak selaras menutupi seri
endapan Tersier. Endapan ini berumur kuarter.
Repost from :