Senin, 18 Agustus 2014

Sejarah Geologi Pegunungan Selatan

SEJARAH GEOLOGI PEGUNUNGAN SELATAN

Gambar : Tatanan Stratigrafi Pegunungan Selatan dari beberapa penulis.

Sejarah geologi zona Pegunungan Selatan Jawa Timur dimulai pada Kala Eosen Tengah sampai dengan Eosen Akhir . Mula-mula terendapkan Formasi Wungkal-Gampingdi bagian bawah terdiri dari perselingan antara batupasir dan batulanau. Sebagian dari satuan batuan ini semula merupakan endapan laut dangkal yang kaya akan fosil. Karena pengaruh gaya berat di lereng bawah laut, Formasi ini kemudian meluncur ke bawah dan diendapkan kembali di laut dalam. Pada Formasi ini terdapat terobosan yaitu intrusi diorite pendul.

Kemudian terjadi pengangkatan yang menyebabkan erosi pada kisaran umur Oligosen Awal – Tengah. Kemudian terjadi sedimentasi pada umur Oligosen Akhir – Miosen Awal, yaitu Formasi Kebo-Butak. Litologi penyusun Formasi ini di bagian bawah berupa batupasir berlapis baik, batulanau, batulempung, serpih, tuf dan aglomerat. Bagian atasnya berupa perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan tipis tuf asam. Setempat di bagian tengahnya dijumpai retas lempeng andesit-basal dan di bagian atasnya dijumpai breksi andesitLingkungan pengendapannya adalah laut terbuka yang dipengaruhi oleh arus turbid, pada akhir pembantukan Formasi ini dipengaruhi oleh adanya aktivitas gunungapi.

Pada Kala Miosen Awal (N6 – N7) terjadi peningkatan aktivitas gunungapi yang ditandai dengan adanya piroklastik yang cukup luas. Endapan piroklastik menyusun satuan tuf Semilir. Satuan ini terendapakan dengan mekanisme endapan jatuhan piroklastik. Endapan hasil erupsi gunungapi tersebut terendapkan pada lingkungan laut dangkal. Aktivitas gunungapi memuncak pada Kala Miosen Awal (N7). Pada kala ini terjadi letusan besar yang bersifat destruktif, membentuk sistem kaldera. Letusan tersebut bersifat eksplosif dan menghasilkan material gunungapi berupa pumis yang membentuk satuan breksi pumis Semilir. Satuan breksi pumis Semilir ini terendapkan dengan mekanisme jatuhan piroklastik. Pada fase ini pula terbentuk kaldera pada bagian puncak gunungapi dan merusak sebagian besar dari tubuh gunungapi. Kemudian diikuti oleh fase konstruktif dengan adanya aliran lava yang menyusun bagian bawah dari satuan breksi andesit Nglanggran. Selain menghasilkan material gunungapi melalui mekanisme jatuhan piroklastik, gunungapi tersebut juga menghasilkan material melalui mekanisme aliran lava dan aliran piroklastik yang menempati lembah-lembah berupa endapan channel. Pada Kala Miosen Awal bagian atas hingga Miosen Tengah bagian bawah (N7 – N9) tersebut juga terendapkan breksi andesit epiklastik yang menyusun satuan breksi andesit Nglanggran. Bagian bawahnya tersusun oleh breksi basal piroklastik. Satuan ini terendapkan pada lingkungan darat dengan mekanisme high density flows. Pada fase ini, kegiatan gunungapi sudah mulai menurun.

Kemudian pada Kala Miosen Tengah, terendapkan satuan batupasir karbonatan Sambipitu yang didominasi oleh batupasir karbonatan yang bergradasi secara normal menjadi batulempung karbonatan. Material ini terendapkan pada lingkungan laut dangkal dengan mekanisme pengendapan arus turbid.

Pada kala Miosen Tengah (N9-N10) cekungan mengalami pengangkatan kepermukaan, sehingga mengalami erosi dan terendapkan secara tidak selaras satuan batugamping klastik. Dijumpainya batugamping yang korelasi hasil analisis foraminifera kecil, batugamping ini masuk dalam satuan batugamping Oyo. Hal ini menandai bahwa cekungan sedimen pada waktu itu semakin tenang yang menendakan aktifitas vulkanisme menurun. Dalam hal ini tentunya akan berkembang dengan baik secara normal yang berkarakteristik klastik

Pada saat pengendapan terus berlangsung dan vulkanisme menurun, tetapi secara setempat dijumpainya tuf yang mempunyai hubungan melensa dengan satuan batugamping Oyo. Kedapatan tuf pada satuan batugamping Oyo bisa terjadi karena pada saat kegiatan vulkanisme menurun berarti kegiatan vulkanisme masih berjalan. Secara genesa tuf sangat dipengaruhi oleh arah angin dan gravitasi dan itu membentuk satuan tuf Oyo.

Pada Kala Resen, sebagian material pada tinggian Zona Baturagung mengalami pelapukan, erosi dan penggerusan oleh aktivitas fluvial. Material hasil rombakan ini kemudian terendapkan di sebelah utara tinggian tersebut dan membentuk satuan endapan lempung-bongkal.
Formasi wonosari tebentuk berikutnya dengan umur Miosen Tengah hingga Pliosen. Lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal (zona neritik) yang mendangkal ke arah selatan dengan litologi didominasi oleh batuan karbonat yang terdiri dari batugamping berlapis dan batugamping terumbu. Pada bagian bawah adanya hubungan menjari dengan Formasi Oyo yang berarti pembentukannya seumur dengan Formasi oyo bagian atas.

Akhir pembentukan Formasi Wonosari bersamaan dengan terbentuknya Formasi Kepek, batuan penyusunnya adalah napal dan batugamping berlapis. umur Formasi Kepek adalah Miosen Akhir hingga Pliosen.Lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal (zona neritik). Endapan permukaan ini sebagai hasil dari rombakan batuan yang lebih tua yang terbentuk pada Kala Plistosen hingga masa kini. Terdiri dari bahan lepas sampai padu lemah, berbutir lempung hingga kerakal.

Formasi Besole secara umum tersusun oleh satuan batuan volkanik (intrusi), lava dan volkanoklastik (breksi, sisipan batupasir tufan). Urutan Formasi Besole: bagian bawah terdiri dari breksi volkanik (pyroclastic), batupasir tufan (greywacke), sisipan crystal tuf, dan dibeberapa tempat dijumpai intrusi (korok dasit). Bagian tengah tersusun oleh lava dasitik, tuf dasitik, breksi volkanik, batupasir volkanik, dan sisipan lava basaltik dengann kekar-kekar kolom, dibe-berapa tempat dijumpai intrusi korok berkomposisi basaltis, dan dasitik. Bagian atas didominasi oleh batuan volkanoklastik (perulangan konglomerat, batupasir tufan, tuf, dengan sisipan breksi dan batulempung). Didapat intrusi berupa volcanic neck berkomposisi andesitik. Juga dijumpai sisipan tipis batulempung gampingan yang mengandung foraminifera planktonik serta bongkah batu-gamping . Formasi ini berumur Miosen Bawah. Fiendapakan pada lingkungan laut dangkal

Kemudian Diendapkan Formasi Jaten pada lingkungan transisi – neritik tepi pada Kala Miosen Tengah (N9 – N10) tersusun oleh konglomerat, batupasir kuarsa, batulempung. Selaras diatas Formasi Jaten diendapkan Formasi Wuni Berdasarkan fauna koral satuan ini berumur Miosen Bawah (Te.5 –Tf.1), berdasarkan hadirnya Globorotalia siakensis, Globigerinoides trilobus & Globigerina praebuloides berumur Miosen Tengah (N9-N12) (Tim Lemigas).

Formasi Nampol dengan susunan batuan sebagai berikut: bagian bawah terdiri dari konglomerat, batupasir tufan, dan bagian atas: terdiri dari perselingan batulanau, batupasir tufan, dan sisipan serpih karbonan dan lapisan lignit. Diendapkan pada Kala Miosen Awal (Sartono,1964) atau Nahrowi (1979), Pringgoprawiro (1985), Samodaria & Gafoer (1990) menghitungnya berumuri Miosen Awal – Miosen Tengah. Ketiga Formasi (Jaten, Wuni, Nampol) berhu-bungan jari-jemari dengan bagian bawah Formasi Punung.


Pada miosen tengah terjadi pengangkatan yang menyebabkan terjadi erosi. Sehingga Formasi Punung menumpang tidak selaras di atas forrmasi Jaten, Wuni, Nampol. Formasi ini diendapkan pada Miosen Tengah – Atas yang terendapkan pada lingkungan neritik tepi. Endapan yang paling muda adalah endapan terarosa dan endapan sungai yang secara tidak selaras menutupi seri endapan Tersier. Endapan ini berumur kuarter.


Repost from :


Cara Membuat Lintasan Geologi

CARA MEMBUAT LINTASAN GEOLOGI

Lintasan geologi ditempuh apabila :

  • Ditempuh apabila peta dasar yang diperlukan tidak tersedia.
  •  Adanya singkapan detail yang penting tidak dapat dipetakan pada skala peta yang ada.
Dalam pembuatan lintasan Geologi, terdapat dua metode, yaitu lintasan tebuka dan tertutup.


  •  Lintasan terbuka, adalah suatu pengambilan litasan pengukuran yang dimulai dari titik awal yang diikatkan dengan titik pasti dan lintasan pengukuran diakhiri dengan tidak kembali ketitik awal berupa titik akhir yang terikat dengan titik pasti maupun titik lepas.
  •  Lintasan Tertutup, adalah suatu pengukuran, dimana titik akhir pengukuran berimpit dengan  dengan titik awal pengukuran yang terikat dengan titik pasti.
Gambar : Contoh lintasan terbuka dan tertutup

Pembuatan lintasan kompas di lapangan
Cara membuat lintasan geologi di lapangan. Pada dasarnya dalam membuat lintasan geologi sama dengan mengukur arah azimuth, namun di lakukan berulang kali.

  • Pertama tentukan titik pertama dalam pembuatan lintasan geologi.
  •     Kemudian ukur arah azimuth ke titik kedua menggunakan kompas geologi.
  •        Setelah mengukur arah azimuth dari titik ertama ke titik kedua, maka ukur jarak antara titik pertama dan kedua (bisa menggunakan tali ukur maupun panjang langkah kaki)
  •       Setelah sampai ke titik kedua yang di tembak tadi, dilanjutkan ke titik berikutnya seperti langkah sebelumnya.
  •        Titik terakhir dalam membuat lintasan terbuka ini tidak di titik pertama, karena bukan merupakan lintasan tertutup.
  •        Jika lintasan yang dibuat adalah lintasan tertutup maka titik terakhir harus merupakan titik pertama kali.

    Penggambaran Lintasan Geologi
  •      Cek semua data hasil dari praktek di lapangan, sudah lengkap dan sesuai atau belum.
  •          Hitung semua data, misalnya 1 langkah datar sama dengan jarak 65 cm, kemudian data lapangan yang diperoleh dari Stasiun A ke Stasiun B berjarak 49 langkah datar, maka untuk mencari jarak dari Stasiun A ke Stasiun B dalam satuan meter, data 49 langkah tadi dikalikan dengan besar langkah datar yaitu 65 cm, hasilnya kemudian dibagi 100 jika menginginkan hasilnya dalam satuan meter.
  •      Jika semua data jarak yang didapat di lapangan sudah dalam satuan meter, kemudian kita membuat skala untuk menggambarnya sesuai ukuran kertas yang sudah direncanakan.
  •      Kita menggambar peta lintasan di kertas dimulai dengan membuat salib sumbu, kemudian kita membuat garis sesuai arah azimuth yang kita peroleh di lapangan.
  •       Garis yang kita buat yang sesuai arah azimuth di lapangan jaraknya harus sesuai dengan skala yang kita buat, misal jika skala 1 : 1000 maka setiap 1 cm di kertas sama dengan jarak 10 m di lapangan.
Koreksi Lintasan
  •      Lintasan Terbuka
Gambar : Koreksi lintasan terbuka




  •      Lintasan tertutup